Mondalengo

Awalnya saat dipinjemin teman buku ini aku kurang tertarik karena judul bukunya tentang ayah, karena dari masa kecil aku ga pernah tau sosok ayah itu seperti apa makanya ga tertarik baca buku yang mengisahkan perjuangan sang ayah. Tapi setelah kubaca halaman demi halaman isi dari buku ini tidak hanya membahas kisah seorah ayah yang membesarkan anaknya sendiri, ayah yang sekaligus menjadi sosok ibu untuk anaknya tapi banyak motivasi-motivasi kehidupan yang dituangkan dalam buku ini, mulai dari persoalan percintaan, ekonomi, tujuan hidup dan masih banyak lagi. Buku ini membahasan 10 Lembar Foto kebersamaan antara seorang ayah dan anaknya dari masa anaknya dilahirkan sampai dewasaa dan akhirnya ayahnya meninggal. Buku ini bikin aku mewek berkali-kali, aku merasa ditampar 1000 kali, pemikiranku yang bodoh tentang dunia ini seketika membuatku malu, yang paling membuatkan merasa ditampar adalah kalimat ini (Kita memohon untuk ditunjukan jalan yang lurus berkali-kali setiap hari,tapi ...

Mereka ini masa depan dari mimpi-mimpi kita yang sempat tertunda, mimpi untuk negeri tercinta ini yang nyatanya mungkin tidak sesuai dengan yang kita impikan, (tak perlu dijelaskan, sudah jadi rahasia umum apa yang terjadi di Negeri kita ini). Berharapnya mereka tidak akan sama dengan kita atau tertuah kita yang membiarkan negeri ini yang katanya sudah merdeka padahal sengsara akibat perbuatan sendiri. Berharapnya senyum tulus tertawa lepas tanpa beban mereka ini tidak akan dirusak oleh perilaku gila saat mereka beranjak remaja. Kelak mereka yang akan menjadi pemimpin-pemimpin kita saat umur kita menua, Untuk dapat melihat mimpi itu, mereka butuh kita, yang dapat memberi motifasi, dorongan agar apa yang mereka impikan tidak hanya sekedar tulisan di secarik kertas tak hanya sebatas celotehan saat guru di depan kelas bertanya, “apa cita-cita kalian anak-anak ?’’ lalu dengan antusias mereka menjawab dengan berbagai cita-cita dari masing-masing mereka. Adik-adik,, kutunggu kalian b...